Rumah Sakit Hapan Bunda yang berlokasi di Kramatjati, Jakarta Timur masuk ke dalam daftar catatan yang menggunakan vaksin palsu. Alhasil, instansi pelayanan kesehatan yang tersebut pun digeruduk oleh orangtua para pasien.
Jelita, salah satu orangtua pasien mengatakan, bahwa dirinya merasa kaget mendengar kabar tersebut. Ia tampak heran melihat keberanian para pelaku yang dengan berani menempelkan label di vaksin sehingga dapat didistribusikan ke 14 rumah sakit yang tersebar di wilayah Jabodetabek dan 8 (delapan) bidan.
“Yang anehnya itu kan kalau vaksin harus pakai label, kok mereka berani yah menempelkan label?,” ujar Jelita saat ditemui di Rs. Harapan Bunda belum lama ini.
Jelita pun mengungkapkan, bahwa sejak anaknya lahir pada bulan Oktober 2015, anaknya selalu mendapatkan vaksin dari rumah sakit tersebut. Bahkan, biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan satu kali vaksin pun tidak murah. Ada yang sampai mengeluarkan uang hingga Rp. 1 juta untuk sekali suntik.
“Kita tidak ingin menggunakan BPJS. Jadi setelah lahir, saya selalu datang ke sini setiap bulan membawa anak untuk imunisasi. Rencananya tanggal 18 bulan ini mau imunisasi campak,” tutur Jelita.
Hal yang sama juga disampaikan oleh orangtua pasien lainnya, Ike. Setelah mendengar kabar yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, ia langsung mendatangi rumah sakit setelah selesai bekerja.
Hal ini disebabkan karena anaknya yang berinisial KN selama ini selalu mendapatkan vaksin seperti DPT, BCG, hingga hepatitis di rumah sakit tersebut dengan rutin.
“Saya ingin tahu, apakah vaksin yang selama ini diberikan kepada anak saya asli atau palsu. Kalau vaksin tersebut palsu, apa yang harus dilakukan?,” tutur Ike.
Meskipun belum melihat adanya dampak vaksin palsu yang dialami buah hatinya, Ike tetap merasa cemas jika suatu saat nanti vaksin yang didapatkan sang buah hatinya ternyata palsu.
“Kalau untuk keluhan belum terlihat, paling hanya batuk pilek biasa. Kalau memang harus melakukan vaksin ulang tidak apa-apa, yang penting saya ingin tahu dampaknya saja karena kan sudah lama juga,” ujarnya.
Hingga saat ini, pihak rumah belum memberikan keterangan apapun. Meskipun demikian, pihak rumah sakit berjanji ajan memberikab vaksin ulang jika ternyata vaksin yang digunakan selama ini adalah palsu.
Kasus vaksin palsu ini baru terungkap keberadaannya setelah belasan tahun beredar dengan bebas di instansi-instansi kesehatan. Semoga kasus ini tidak kembali terulang.
Artikel Terkait:
- Warga Pekanbaru Ditangkap Polisi Karena Pemalsuan Serum dan Vaksin
- Kasus Vaksin Palsu BPOM Perlu Akses Untuk Mengawasi Jaringan Peredaran
- Balita Menderita Penyakit Gatal Setelah Di Imunisasi Efek Vaksin Palsu
- Instruksi Dari Pihak Menkes Jika Menemukan Vaksin Palsu (Lagi)
- Pasien Korban Vaksin Palsu Di Vaksin Ulang Rumah Sakit Elisabeth
- Vaksin Palsu Masih Jauh Jumlahnya Dibandingkan Obat Palsu
- Satgas Akan Berencana Memutuskan Distribusi Vaksi Palsu Ke Rumah Sakit
- Berdasarkan Data Sudah 327 Anak Di Imunisasi Ulang